Senin, 28 Mei 2012

Warung Padang Geblek!


Ketika pertama kali tulisan ini kutulis dan iseng kukirimkan ke teman-teman dekat, beberapa teman yang kebetulan orang padang mengernyitkan dahi. Bahkan ada seorang sahabat yang langsung menelponku, dan bertanya lugas.."Heh Bali, maksudmu apa ?".Ha..ha..ha. .kontan aku tertawa..cobalah baca dulu kawan, ajakku. Merekapun menurutinya. 
Dulu, kira-kira sepuluh tahun yang lalu, ketika masih berstatus mahasiswa, sekaligus anak kos di Depok sana. Dengan modal cita-cita setinggi langit, meskipun tanpa didukung dengan keadaan keuangan yang mencukupi, kami bertahan. Cerita nonfiksi meskipun terdengar agak klise tentang perjuangan seorang mahasiswa. Tersebutlah sebuah rumah makan padang yang sederhana dan seorang Uda (sebutan kakak untuk saudara-saudara kita yang berasal dari Padang) yang menempati tempat unik pada keseluruhan kisah perjuangan kami. Rumah makan padang itu menjadi langganan kami, untuk mengisi kampung tengah alias perut ketika cacing-cacing mulai memanggil. Hampir setiap hari kami nongkrong disana. Nama rumah makannya, tidak sempat untuk diingat, apalagi nama Sang Uda. Tetapi jika disuruh mengingat wajah Si Uda, seratus persen aku sanggup. Ingatan akan wajahnya sedemikian kuat sehingga aku tak pernah kesulitan untuk melukiskannya. Nah berhubung nama asli kedua tidak sempat kami ingat, kami memanggil keduanya dengan sebutan Geblek. 

Rabu, 15 Februari 2012

Kisah Anak Durhaka dari Singapura

Sebuah kisah nyata dari negeri tetangga Singapura beberapa dekade lalu cukup menghebohkan hingga Perdana Menteri saat itu, Lee Kwan Yew senior turun tangan dan mengeluarkan dekrit tentang orang lansia di Singapura.

Dikisahkan, ada orang kaya raya di sana, mantan pengusaha sukses yang mengundurkan diri dari dunia bisnis ketika istrinya meninggal dunia. Jadilah ia single parent yang berusaha membesarkan dan mendidik dengan baik anak laki-laki satu-satunya hingga mampu mandiri dan menjadi seorang sarjana.

Kemudian setelah anak tunggalnya tersebut menikah, ia minta izin kepada ayahnya untuk tinggal bersama di apartemen ayahnya yang mewah dan besar. Dan ayahnya pun dengan senang hati mengizinkan anak-menantunya tinggal bersama-sama dengannya.

Terbayang di benak orang tua tersebut bahwa apartemennya yang luas dan mewah tidak akan sepi, terlebih jika ia mempunyai cucu. Betapa bahagianya hati bapak tersebut bisa berkumpul dan membagi kebahagiaan dengan anak dan menantunya.

Selasa, 22 November 2011

Fokus Pada Masalah atau Pada Solusi?

Efisiensi adalah suatu hal yang penting di dalam dunia manajemen.
Sebagai seorang anggota tim yang baik, kita memiliki tanggungjawab bukan
hanya dalam membawa tim kita mencapai tujuan bersama, tetapi juga
tanggungjawab dalam mencari cara terbaik untuk memecahkan setiap
masalahyang terjadi.

Tetapi seringkali kita terkecoh saat menghadapi suatu masalah dan
walaupun masalah tersebut terpecahkan, tetapi pemecahan yang ada
bukanlah suatu pemecahan yang efisien dan justru malah terlalu rumit.

Mari kita coba lihat dalam dua kasus di bawah ini:

Blink

Malcolm Gladwell, yang sukses lewat buku pertamanya, Tipping Point, tampaknya tetap gemar mencari hal-hal yang tersembunyi. Kali ini muncul buku berikutnya dengan judul yang lebih singkat: Blink. Kalau pada Tipping Point penekanannya adalah bagaimana kita memahami kembali dunia eksternal kita, maka dalam Blink, Gladwell justru mengajak kita memahami dunia internal kita. Tujuan pertama dari Blink, tulis Gladwell, adalah untuk meyakinkan bahwa keputusan yang dibuat secara cepat bisa sama baiknya dengan keputusan yang dibuat secara hati-hati dan menyeluruh.

Mungkin kita kenal para pebisnis atau entrepreneur yang bisa mengambil keputusan cepat, tanpa mendasarkan keputusannya pada analisis kuantitatif, atau meminta pertimbangan konsultan. Dalam percakapan sehari-hari kita menyebutnya: feeling-nya hebat. Kemudian ada berbagai diskusi dan seminar--juga tulisan--yang membahas bahwa feeling apakah warisan/anugerah, atau sesuatu yang bisa dipelajari. Dalam beberapa diskusi, sempat juga ada kesimpulan bahwa proses pengambilan keputusan berdasarkan feeling (yang berkonotasi tidak rasional dan/atau untung-untungan) sebenarnya merupakan proses berpikir rasional, hanya saja proses tersebut berlangsung secara cepat dan dilakukan oleh orang-orang yang terlatih.

"Our unconscious is a powerful force," kata Gladwell. Masalahnya, apakah insting tersebut sudah menunjukkan kebenaran? Sebab, pada saat yang bersamaan, sistem internal manusia juga menerima berbagai emosi, sentimen, dan ketertarikan-ketertarikan lainnya. Melalui pemahaman dan latihan tertentu, ternyata "kebenaran" feeling bisa ditemukan. Bahkan, lanjut Gladwell, keputusan berdasarkan feeling tersebut--untuk mudahnya sebut saja begitu--bisa dikendalikan.

Kamis, 27 Oktober 2011

Manajer-Eksekutor, Pemimpin-Pemberdaya, atau Mandor Besar?

   

Manajer proyek yang sibuk mengeksekusi pekerjaan memang akan mencapai targetnya untuk sementara. Namun, apabila dia menelantarkan perannya sebagai pemimpin yang memelihara kohesivitas dan daya juang timnya, perusahaannya akan kalah dalam persaingan global. Banyak perusahaan yang membuat program khusus untuk menciptakan keseimbangan. Grup Astra, misalnya, menciptakan Man-Management untuk menyeimbangkan kemampuan mengelola pekerjaan dan orang. Itulah salah satu tantangan terbesar setiap perusahaan di negeri ini untuk mengejar ketertinggalannya.

 

Kisah Abdulbahar, Pelupessina, dan Mandasuaeb

Abdulbahar, karyawan PT Antarbunga, bergerak dalam bisnis jamu dan makanan tradisional, dipanggil oleh Sumargodo, sang direktur. Ia ditugaskan  membuka perwakilan di Vietnam dengan pesan khusus: harus sudah beroperasi dalam enam bulan, satu tahun sudah impas, dan dalam tiga tahun mempunyai cabang di lima kota dengan hasil 10-10. Maksudnya, untung 10% dan tumbuh 10% per tahun.  

Abdulbahar mempelajarinya, berbicara dengan banyak orang sambil uji nyali, dan akhirnya menerima tantangan itu. Dia bergerak cepat membentuk tim dan meminta dukungan direksi. Berkat kepiawaiannya, ia berhasil mengelola proyek dan menyemangati tim agar tetap bersatu dan berdaya juang tinggi. Kecerdikannya memastikannya mendapatkan dukungan dari topteam nya. Ia tangguh menghadapi rintangan. Alhasil, tiga tahun kemudian dia berhasil dan melampaui target dengan hasil 15% dan 20%. Ini membuat topteam nya bangga, memberinya imbalan, dan ditambah kenaikan pangkat. Selanjutnya dia siap menerima tantangan berikutnya.