Ray
Gilmartin berhasil membawa salah satu perusahaan obat terkemuka yang berskala
dunia ke posisi 10 perusahaan terbesar yang menjadi tempat favorit bagi para
karyawan untuk bekerja. Ia juga menjadikan perusahaan ini sebagai favorit
masyarakat umum karena selalu terkemuka dalam penemuan obat-obat yang
dihasilkan, dan obat-obat ini juga dijual dengan harga yang mempertimbangkan
kemampuan masyarakat yang membutuhkannya. Tidak heran jika Merck, perusahaan
yang dipimpin Ray Gilmartin sejak 1994 menjadi salah satu perusahaan obat
terbesar dunia. Apa yang bisa kita teladani dari tokoh pemimpin ini?
Bekerja untuk Tujuan Mulia
Bisnis erat kaitannya dengan uang. Tujuan bisnis pasti diformulasikan dalam bentuk uang. Ini pendapat yang dianut pebisnis pada umumnya. Namun, tidak demikian dengan Merck dan Ray Gilmartin, nakhoda perusahaan obat berskala internasional ini. Menurut Gilmartin, yang juga berpegang pada filosofi pendiri Merck, obat adalah untuk orang, bukan untuk profit (medicine is for people, not for profit). Jika filosofi ini dipegang teguh, maka pebisnis tidak usah takut, karena profit pasti akan mengikuti dengan sendirinya.
Belajar dari Orang Lain
Ketika Ray Gilmartin menduduki jabatan sebagai CEO di Merck tahun 1994, ia tidak punya latar belakang kuat di industri obat-obatan (ia berasal dari industri rumah sakit). Untuk itulah ia perlu banyak belajar dari pengalaman, dan pengetahuan orang lain. Ia pun tidak segan-segan bertanya dan berdiskusi dengan karyawan untuk mendapatkan masukan penting bagi perbaikan dan keberhasilan perusahaan.
Hari-hari pertamanya di Merck dimanfaatkan untuk meng-interview sekitar 30-40 eksekutif di berbagai tingkatan. Dalam interview-nya ini, (seperti yang dituliskan oleh Thomas J Neff dan James M Citrin dalam buku mereka Lessons from the Top), Ray mengajukan dua pertanyaan dasar: Apa isu utama yang dihadapi perusahaan? Jika Anda menjadi saya, apa yang akan Anda fokuskan untuk perbaiki? Dari kedua pertanyaan ini, Ray mendapat banyak masukan untuk menentukan prioritas dan menyusun strategi untuk perbaikan dan kemajuan perusahaan.
Menentukan Faktor Sukses
Setelah informasi berhasil dikumpulkan dari karyawan di berbagai jajaran, Ray kemudian membentuk tim inti dan mengadakan meeting dengan tim inti tersebut untuk menentukan Key Success Factors yang akan dijadikan panduan untuk menyusun strategi yang tepat bagi perusahaan. Dari hasil pertemuan rutin selama beberapa bulan, tiga kunci sukses berhasil ditentukan (melakukan breakthrough dalam riset mengenai obat-obatan; memangkas unit bisnis yang tidak sejalan dengan strategi berbasis riset tersebut, dan fokus pada internal development perusahaan yang memaksimalkan potensi dalam perusahaan.
Bekerja untuk tujuan mulia, belajar dari orang lain, dan menentukan kunci sukses sebagai pedoman untuk bertindak telah membawa Ray Gilmartin dan perusahaan obat-obatan yang dipimpinnya ke posisi terhormat di industri yang mereka tekuni. Mungkin ketiga prinsip ini juga cocok untuk Anda? Selamat mencoba .
Bekerja untuk Tujuan Mulia
Bisnis erat kaitannya dengan uang. Tujuan bisnis pasti diformulasikan dalam bentuk uang. Ini pendapat yang dianut pebisnis pada umumnya. Namun, tidak demikian dengan Merck dan Ray Gilmartin, nakhoda perusahaan obat berskala internasional ini. Menurut Gilmartin, yang juga berpegang pada filosofi pendiri Merck, obat adalah untuk orang, bukan untuk profit (medicine is for people, not for profit). Jika filosofi ini dipegang teguh, maka pebisnis tidak usah takut, karena profit pasti akan mengikuti dengan sendirinya.
Belajar dari Orang Lain
Ketika Ray Gilmartin menduduki jabatan sebagai CEO di Merck tahun 1994, ia tidak punya latar belakang kuat di industri obat-obatan (ia berasal dari industri rumah sakit). Untuk itulah ia perlu banyak belajar dari pengalaman, dan pengetahuan orang lain. Ia pun tidak segan-segan bertanya dan berdiskusi dengan karyawan untuk mendapatkan masukan penting bagi perbaikan dan keberhasilan perusahaan.
Hari-hari pertamanya di Merck dimanfaatkan untuk meng-interview sekitar 30-40 eksekutif di berbagai tingkatan. Dalam interview-nya ini, (seperti yang dituliskan oleh Thomas J Neff dan James M Citrin dalam buku mereka Lessons from the Top), Ray mengajukan dua pertanyaan dasar: Apa isu utama yang dihadapi perusahaan? Jika Anda menjadi saya, apa yang akan Anda fokuskan untuk perbaiki? Dari kedua pertanyaan ini, Ray mendapat banyak masukan untuk menentukan prioritas dan menyusun strategi untuk perbaikan dan kemajuan perusahaan.
Menentukan Faktor Sukses
Setelah informasi berhasil dikumpulkan dari karyawan di berbagai jajaran, Ray kemudian membentuk tim inti dan mengadakan meeting dengan tim inti tersebut untuk menentukan Key Success Factors yang akan dijadikan panduan untuk menyusun strategi yang tepat bagi perusahaan. Dari hasil pertemuan rutin selama beberapa bulan, tiga kunci sukses berhasil ditentukan (melakukan breakthrough dalam riset mengenai obat-obatan; memangkas unit bisnis yang tidak sejalan dengan strategi berbasis riset tersebut, dan fokus pada internal development perusahaan yang memaksimalkan potensi dalam perusahaan.
Bekerja untuk tujuan mulia, belajar dari orang lain, dan menentukan kunci sukses sebagai pedoman untuk bertindak telah membawa Ray Gilmartin dan perusahaan obat-obatan yang dipimpinnya ke posisi terhormat di industri yang mereka tekuni. Mungkin ketiga prinsip ini juga cocok untuk Anda? Selamat mencoba .
Cheers,
And keep on dreaming!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar