Ketika pertama kali tulisan ini kutulis
dan iseng kukirimkan ke teman-teman dekat, beberapa teman yang kebetulan
orang padang mengernyitkan dahi. Bahkan ada seorang sahabat yang
langsung menelponku, dan bertanya lugas.."Heh Bali, maksudmu apa
?".Ha..ha..ha. .kontan aku tertawa..cobalah baca dulu kawan, ajakku.
Merekapun menurutinya.
Dulu, kira-kira sepuluh tahun yang lalu, ketika
masih berstatus mahasiswa, sekaligus anak kos di Depok sana. Dengan
modal cita-cita setinggi langit, meskipun tanpa didukung dengan keadaan
keuangan yang mencukupi, kami bertahan. Cerita nonfiksi meskipun
terdengar agak klise tentang perjuangan seorang mahasiswa. Tersebutlah
sebuah rumah makan padang yang sederhana dan seorang Uda (sebutan kakak
untuk saudara-saudara kita yang berasal dari Padang) yang menempati
tempat unik pada keseluruhan kisah perjuangan kami. Rumah makan padang
itu menjadi langganan kami, untuk mengisi kampung tengah alias perut
ketika cacing-cacing mulai memanggil. Hampir setiap hari kami nongkrong
disana. Nama rumah makannya, tidak sempat untuk diingat, apalagi nama
Sang Uda. Tetapi jika disuruh mengingat wajah Si Uda, seratus persen aku
sanggup. Ingatan akan wajahnya sedemikian kuat sehingga aku tak pernah
kesulitan untuk melukiskannya. Nah berhubung nama asli kedua tidak
sempat kami ingat, kami memanggil keduanya dengan sebutan Geblek.
Rumah
makan itu sebagai "Padang Geblek" dan Si Uda dengan sebutan "Uda
Geblek". Uniknya sebutan ini berasal dari senior-senior kami, bahkan
konon yang pertama kali menamai sebutan itu adalah seorang senior yang
kebetulan seorang berdarah Padang ! "Dari semua orang Padang, hanya dia
yang Geblek", begitu seloroh yang sering muncul diantara kami. Anehnya
ketika seloroh itu muncul, tidak ada ekspresi 'hina' diwajah mereka,
malah tampak jelas rasa hormat yang dalam terhadap Si Uda Geblek. Dan
satu lagi, ada sebuah percakapan yang unik yang selalu diulang-ulang.
Percakapan ini dulu juga sempat terjadi padaku dan tentunya terjadi pada
teman-teman baru yang belum mengetahuinya. "Makan yok""Dimana ?""Di
Padang Geblek""Apa ???""Iya..Padang Geblek..""Lho kok Geblek ? Nama
rumah makan padangnya kok aneh""Iya nanti lu juga tahu kenapa Geblek,
dari semua orang Padang, hanya dia yang Geblek""Mahal nggak ?""Nah itu
dia Gebleknya…tenang aja" Ketika pertama kali makan ditempat itu, dengan
segeralah kita mengetahui mengapa sebutan Geblek diperuntukkan padanya.
Si Uda tidak pernah akan segan, menambahkan nasi atau sayuran bahkan
lauk pada pesanan kita. "Nasi lagi ? Cowok masak segitu makannya" "Ini
ayam goreng kemaren malam, tapi masih bagus, mau ya ?" "Nih Uda
tambahkan daging cincangnya" "Nih uda kasih rendang". Itu sederetan
kalimat favorite-nya, yang begitu sering kami dengan hingga hafal.
Biasanya, mereka yang baru pertama kali kesana, akan membelalakkan mata,
terkaget-kaget menyaksikan kegeblekan Si Uda,sambil menoleh kearah kami
yang tersenyum-senyum geli. "Graaaatisssssss !!" seru kami sambil
tertawa bersama. Itulah Kegeblekan Si Uda. Tak jarang kami
menggeleng-gelengka n kepala jika mendengar pengalaman-pengalam an unik
dari begitu banyak teman-teman yang mengalami ke-geblek-kan Si Uda.
Uda…Uda…bagaimana bisa untung. Kaya ? Apalagi !!! Tapi memang itulah
yang dilakukan Uda Geblek. Aneh tapi nyata. Geblek, namun membawa berkah
buat kami. Penasaran tentang filosofi hidupnya, setelah kenal dekat
akupun memberanikan diri bertanya kepadanya. "Begini..", jawabnya
sambil tersenyum mengangguk-anggukan kepala,"Uda ini punya anak dirantau
yang juga kuliah, kalau uda baik sama mahasiswa-mahasiswa , pasti
anak-anak uda disana juga dibaikin sama orang-orang. Kalau kita kasih
orang makan, pasti anak-anak uda tidak akan kekurangan makan. Doa-doa
syukur orang yang kita tolong itulah yang jadi keuntungan buat kita.
Apalagi orang tua uda mengajarkan kalau mau kaya jadilah Padang Bengkok,
tapi kalau mau beruntung dalam hidup ini, kita tidak bisa jadi Padang
Bengkok, kita harus lurus". Betapa benarnya Si Uda Geblek, ternyata
filosofi unik inilah yang membuat ia tidak saja mendapatkan
keberuntungan hidup tetapi juga sebuah keuntungan bisnis yang tidak
kecil. "Padang Geblek" menjadi sebuah brand yang sangat kuat dikalangan
para mahasiswa waktu itu. Belum lagi slogan "Dari semua orang Padang,
hanya dia yang Geblek !!", yang diciptakan oleh kami para mahasiswa
menjadi sebuah slogan marketing yang unik dan ampuh. Saking ampuhnya
slogan itu, hingga hampir siapapun yang mendengarnya akan tertarik untuk
berkunjung ke rumah makannya. Bahkan lebih dari itu, kami-kami ini
seolah bertindak sebagai sales marketing yang membentuk sebuah fansclub
yang demikian loyal menyebarkan cerita-cerita kemurahan hati Si Uda
Geblek. Itu semua terjadi tanpa rekayasa. Bukan Si Uda yang menciptakan
semuanya, tidak ada ahli marketing yang disewa untuk menciptakan kondisi
seperti itu, apalagi teori-teori rumit yang memusingkan kepala dan
kantong tentunya. Singkatnya : tidak ada 'Orang Pintar' dibalik semuanya
itu, yang ada hanyalah orang yang berdagang dengan 'Nuraninya' dan
hidup bertutur bahwa orang-orang seperti inilah yang pasti mendapat
dukungan dan keberuntungan dari Sang Pemilik Hidup, The Invicible Hands
sumber segala rezeki dan keberuntungan. Akhir kata…Terimakasih atas
ke-Geblekan mu Uda. Entah apa yang terjadi pada kami-kami ini, jika Uda
tidak geblek !!!
Sumber: MTA (www.orang-bali. com)
Cheers,
And keep on dreaming!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar