|
Manajer proyek yang sibuk mengeksekusi pekerjaan memang akan mencapai targetnya untuk sementara. Namun, apabila dia menelantarkan perannya sebagai pemimpin yang memelihara kohesivitas dan daya juang timnya, perusahaannya akan kalah dalam persaingan global. Banyak perusahaan yang membuat program khusus untuk menciptakan keseimbangan. Grup Astra, misalnya, menciptakan Man-Management untuk menyeimbangkan kemampuan mengelola pekerjaan dan orang. Itulah salah satu tantangan terbesar setiap perusahaan di negeri ini untuk mengejar ketertinggalannya.
Kisah Abdulbahar, Pelupessina, dan Mandasuaeb Abdulbahar, karyawan PT Antarbunga, bergerak dalam bisnis jamu dan makanan tradisional, dipanggil oleh Sumargodo, sang direktur. Ia ditugaskan membuka perwakilan di Vietnam dengan pesan khusus: harus sudah beroperasi dalam enam bulan, satu tahun sudah impas, dan dalam tiga tahun mempunyai cabang di lima kota dengan hasil 10-10. Maksudnya, untung 10% dan tumbuh 10% per tahun. Abdulbahar mempelajarinya, berbicara dengan banyak orang sambil uji nyali, dan akhirnya menerima tantangan itu. Dia bergerak cepat membentuk tim dan meminta dukungan direksi. Berkat kepiawaiannya, ia berhasil mengelola proyek dan menyemangati tim agar tetap bersatu dan berdaya juang tinggi. Kecerdikannya memastikannya mendapatkan dukungan dari topteam nya. Ia tangguh menghadapi rintangan. Alhasil, tiga tahun kemudian dia berhasil dan melampaui target dengan hasil 15% dan 20%. Ini membuat topteam nya bangga, memberinya imbalan, dan ditambah kenaikan pangkat. Selanjutnya dia siap menerima tantangan berikutnya. |
Pelupessina, seorang dosen, dipanggil oleh dekan dan rektornya. Ia ditugasi membuat proyek proses belajar mengajar dengan multimedia dan internet. Targetnya, setahun operasional, dalam lima tahun mencakup seluruh fakultas dan mahasiswa, serta tersambung khusus dengan lima universitas ternama dari lima benua. Pelupessina mempelajari tugasnya, berbicara dengan banyak orang yang tepat, membentuk tim terbaik, serta meminta dukungan jajaran dekan dan rektor. Berkat pengalamannya bekerja di IBM, ia mampu mengelola pekerjaan dan orang secara berimbang, serta tangguh menghadapi rintangan dan tantangan. Pelupessina menyelesaikan proyek ini hanya dalam waktu empat tahun, terhubung dengan ratusan warung internet di mana konsentrasi mahasiswa berada, bahkan dengan 10 universitas ternama dari lima benua. Universitas bangga, fakultas naik pamor, mahasiswa termotivasi, dan universitas lain terpacu untuk meniru. Pelupessina sangat bahagia karena ia telah membuat sesuatu yang sangat berarti bagi masyarakat. Dalam doanya, ia bersyukur Tuhan telah memilihnya untuk tugas itu. Kemudian, bersama timnya, dia mendapat imbalan dari konsorsium universitas, sejumlah perusahaan dan bupati, yang sejak semula mendukung proyek ini. Mandasuaeb dipanggil oleh Gubernur DKI Jakarta. Ia diminta memimpin proyek "Jakarta-Satu" dengan target dalam setahun seluruh kelurahan menerapkan sistem nomor identitas tunggal. Lalu tahun kedua, 1.000 keluarga tersambung khusus dengan sekelompok supermarket, surat kabar, kantor wali kota, dan sekolah. Pada tahun ketiga naik menjadi 100.000 keluarga, dan tahun kelima mencakup semua warga Jakarta yang siap dan mau masuk dalam sistem Jakarta-Satu. Mandasuaeb membuat tim dan cetak-biru proyek. Ia mengelolanya dalam keseimbangan sebagai manajer proyek dan penyemangat tim agar tetap bersatu dan berdaya juang tinggi, melibatkan para petinggi Jakarta pada tiap titik diperlukan, dan memobilisasi masyarakat sesuai kebutuhan. Setelah lima tahun, Jakarta-Satu menjadi kenyataan. Ada dua juta keluarga tersambung yang membuat Jakarta masuk dalam jajaran kota-kota cerdas dunia. Masyarakat Jakarta bangga, dan Mandasuaeb menjadi pahlawan. Dia juga terkenal sebagai pemimpin bebas korupsi selama proyek berlangsung. Atas prestasinya, Gubernur dan DPRD memberinya hadiah, yang kemudian dibagikannya ke seluruh tim sesuai dengan kontribusinya. Mandasuaeb bahagia, dan siap meneruskan pengabdian pada proyek berikutnya.
Enam Jurus Rahasia Kapan kita mempunyai pahlawan ala Mandasuaeb, Pelupessina, dan Abdulbahar untuk mengangkat negeri ini dari ketertinggalannya? Itu tergantung bagaimana para topteam (pemimpin perusahaan, pemerintah daerah, universitas, dan organisasi-organisasi lain) menyiapkannya dengan kesungguhan hati. Manajer seperti ini tak jatuh dari langit, tetapi merupakan akumulasi serangkaian tindakan dan praktek dari banyak pemeran sebagai organisasi seperti berikut ini. 1. Topteam mempunyai sejumlah proyek menantang yang diturunkan dari visi menantang, strategi berskenario, dan sekumpulan nilai kuat. Topteam juga mengenali peta potensi dan kapabilitas para perwiranya, dan mempunyai daftar sejumlah manajer andal. Mereka memilih orang yang pas untuk proyek tertentu, lalu terpilihlah para pimpinan proyek. Pada saat yang sama sebagai topteam, mereka berbagi tugas, bersepakat mendukungnya dengan segala cara yang dimungkinkan. Sebab, orang ini adalah perpanjangan tangan dalam merealisasi visinya sebagai topteam. 2. Manajer proyek melakukan pengembaraan pribadi di jagat maya untuk mendapatkan ide, dan berbicara dengan sejumlah pemain pemenang untuk meningkatkan nyali. Atas dasar fakta, ide, kesadaran diri, dan nyali, serta kepercayaan akan kreativitas diri, dan doa-doa hariannya, dia mendeklarasikan proyek menantang ini menjadi deklarasi pribadi. Sebagai pimpinan proyek, dia membentuk tim, berbicara dengan mereka untuk menyelami kekuatannya, mengatur peran, menyatukan hati dan tekad anggotanya hingga setara dengan dirinya. Selanjutnya, selama berjalannya proyek, dia menentukan dua pertemuan tim berbeda setiap minggunya, Jumat untuk koordinasi pekerjaan secara tuntas, dan Senin untuk penyelarasan hati dan tekad setiap anggota dalam tim untuk menjaga kesatuan dan semangat juang. 3. Anggota tim bermain dalam perannya dan menghasilkan kontribusi yang sudah menjadi tanggung jawabnya untuk mencapai target tim. Dalam mengeksekusi pekerjaan, atau berinteraksi dengan orang di lapangan, setiap anggota dapat berhubungan dengan anggota lain, dengan pimpinan tim, sponsor topteam, selama tujuh hari seminggu dan 24 jam sehari, baik melalui internet, telepon, ataupun SMS. 4. Evaluasi proyek dan kontemplasi tim berkala, yang ritmenya diatur oleh PDCA (plan-do-check-action). Evaluasi proyek membicarakan hasil pencapaian target dan mencari penyebab penyimpangan hasil hingga tuntas ke akarnya. Adapun kontemplasi tim, untuk menghijaukan suasana emosi dan tekad, melihat kapabilitas yang ada dan kebutuhan, serta memutuskan cara pemenuhannya. 5. Dukungan organisasi yang memungkinkan pimpinan tim dan anggotanya mengembangkan potensi mencapai kapabilitas memadai sambil menggempur tugas berkat adanya topteam bermental mendukung, adanya learning center, individu master tempat bertanya, dan benchmarking yang disediakan organisasi. 6. Memastikan tercetaknya beberapa manajer proyek andal baru segera setelah proyek ini berakhir. Sejak semula ini menjadi target bersama manajer proyek dan topteam yang menugaskannya.
Mulai dari Deklarasi Pribadi Apa yang membuat hasil kerja Abubakar, Pelupessina, dan Mandasuaeb berbeda? Kuncinya, kemampuan organisasi untuk bermain di tingkat organisasi. Jelas mereka harus termasuk kategori manajer andal. Namun, itu saja tak memadai. Diperlukan postur organisasi pemenang dengan para pemeran di dalamnya yang bermain untuk menang. Ah, itu sulit diterapkan di tempat saya. Anda benar. Situasi itulah yang dihadapi Theodore P. Rachmat dari Grup Astra 20 tahun lalu, Percy Barnevik dari ABB 24 tahun lalu, dan oleh semua pemimpin berhasil. Apa bedanya mereka dengan kita? Tidak ada, asal Anda mulai permainan organisasi ini dengan suatu deklarasi pribadi. Deklarasi Anda akan ikut memastikan negeri ini mengejar ketertinggalannya. Selamat bergabung. Oleh: Charlo Mamora |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar